Sabtu, Mei 21, 2011

Anak-anak Jalanan 'Menunggu' Giliran Dibunuh

JAKARTA, M86 - Tingkat kriminalitas di jalanan di Jakarta cukup tinggi mulai dari aksi pencurian, pemerkosaan sampai pembunuhan. Korbannya pun bervariasi mulai dari orang dewasa sampai dengan anak-anak.

Tak banyak aksi kriminalitas tersebut menimpa para anak jalanan yang keseharian hidupnya berada di Jalan. Seringkali anak jalanan menjadi sasaran empuk para pelaku tindak kejahatan karena anak jalanan rentan dari pengawasan masyarakat terutama para orang tuanya.

Dari kasus-kasus yang telah terjadi, anak jalanan selalu menjadi korban kejahatan mulai dari pembunuhan sampai dengan pemerkosaan. Belum lama ini terjadi kasus pembunuhan disertai dengan pencabulan yang terjadi di Kepulauan Seribu.

Setidaknya terdapat 90 anak jalan menjadi korban Sartono yang merupakan pelaku pembunuhan dan pencabulan. Pada saat itu pelaku mencabuli anak-anak tersebut dan kemudian di jual ke luar daerah untuk kebutuhan prostitusi.

Ketua Komisi Nasional Anak, Arist Merdeka Sirait mengatakan, jika angka kriminalitas terhadap anak jalanan dalam setiap harinya terus meningkat Setidaknya mulai dari kasus pembunuhan sampai dengan pemerkosaan kerap terjadi dalam setiap harinya.

"Kejahatan terhadap anak jalanan dari hari ke hari terus meningkat. Mulai dari pemerkosaan sampai pembunuhan selalu terjadi," ujar Arist.

Menurutnya, meningkatnya kasus kejahatan terhadap anak ini diketahui dari laporan-laporan yang masuk ke Komnas Anak dalam setiap harinya. Dalam laporan itu Komnas Anak selalu menerima sedikitnya 8-10 kasus kejahatan terhadap anak jalanan.

"Kasus yang belum lama menghebohkan itu kasus yang di Kepulauan Seribu dan belum lama ini kasus yang di Terminal Bekasi yang terjadi kejahatan seksual," ungkapnya.

Dijelaskannya, jika diruntut dari beberapa kasus tersebut hampir sebagian besar korbannya merupakan anak jalanan yang berumur 5-15 tahun.

Arist mengatakan, kejahatan terhadap anak jalanan ini terjadi karena mobilitas anak jalanan itu sendiri yang dinilai cukup tinggi. Karena hampir seluruh aktivitas anak-anak jalanan itu berada di jalan.

"Jadi setiap hari hidup mereka terancam mulai dari dibunuh sampai di perkosa," jelasnya.

Selain dari faktor mobilitas yang tinggi di jalan, faktor lain yang menyebakan anak jalanan menjadi korban empuk para pelaku yakni stikma masyarakat terhadap anak jalanan. "Terkadang mereka menganggap anak jalanan itu sampah sehingga kurang diperhatikan," katanya.

Sebelumnya, dalam dua pekan pertama Januari 2011, masyarakat dihebohkan dengan kasus pencabulan terhadap anak-anak yang dilakukan orang dewasa. Mulai dari kasus dugaan sodomi terhadap empat bocah berusia tujuh-sembilan tahun di wilayah Petojo, Jakarta Pusat.

Meski minim bukti, aparat tetap memproses laporan masyarakat tersebut. Peristiwa ini terjadi sekitar bulan puasa tahun lalu. Orang yang diduga pelaku merupakan tetangga korban yang bertempat tinggal di sebuah masjid di dekat rel di Cideng, Petojo, Jakarta Pusat.

Lalu kasus dugaan pencabulan yang dilakukan YP, bekas guru agama di Sekolah Dasar Negeri Pondok Ranji 5. Kamis pekan lalu, lima siswa telah menjalani visum di RS Cipto Mangunkusumo setelah melaporkan kasusnya ke Kepolisian Resor Jakarta Selatan. YP terancam terjerat Pasal 82 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dengan ancaman pidana kurungan 15 tahun.

Paling menghebohkan adalah kasus penculikan dan pencabulan yang diduga dilakukan Sartono (35). Penjual mainan ini ditangkap pada Jumat beberapa bulan lalu. Ia ditangkap karena melakukan penculikan dan pencabulan terhadap siswa SMP berinisial HRL, warga Pulau Kelapa pada Desember 2010 lalu. Belakangan korbannya diketahui sampai 90 orang anak. (red/*tdc)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails