JAKARTA, MP - Jakarta masih seperti gula yang menarik minat semut untuk merasakan manisnya. Tak heran, banyak orang yang meski tidak memiliki keahlian khusus bermigrasi ke Jakarta, sehingga menimbulkan problematika perkotaan. Salah satunya persoalan anak jalanan yang kerap mewarnai kota Jakarta. Untuk menanggulangi persoalan itu, Dinas Sosial (Dinsos) DKI Jakarta melakukan program pembinaan kepada 700 anak jalanan di ibu kota.
Kadis Sosial DKI Jakarta, Budihardjo, mengakui jika kebanyakan anjal berasal dari daerah, sehingga jumlahnya pun menjadi sulit terkontrol. Terlebih, selama ini keberadaan anjal telah dieksploitasi oleh sejumlah oknum yang tidak bertanggung jawab.
Selain itu, kata Budi, keterbatasan kapasitas sarana dibandingkan dengan jumlah anjal juga menjadi kendala pembinaan anjal selama ini. Sehingga pembinaan terhadap setiap anjal hanya bisa dilakukan selama 6 bulan sebelum dilepas kembali.
“Enam panti yang ada saat ini telah penuh sehingga kami memberlakukan masa pembinaan. Tiga bulan untuk pembinaan dan tiga bulan untuk pelatihan,” terangnya.
Sementara untuk anjal usia 3 hingga 9 tahun telah disiapkan panti khusus, sehingga tidak digabung dengan anjal orang dewasa. Namun sayangnya, diakui Budi pelatihan yang diberikan pihaknya sering tidak ditindaklanjuti dengan ketersediaan peluang kerja, sehingga anjal kerap kembali ke jalan. Padahal dalam masa pembinaan setiap anjal telah diberikan beberapa pelatihan seperti keterampilan salon, bengkel motor, dan kerajinan tangan secara intensif.
Dari hasil penelusuran pihaknya, terdapat sedikitnya 52 wilayah yang ditetapkan sebagai lokasi pusat anjal. Di antaranya di kawasan Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Cilandak, Tomang, dan perempatan Coca-Cola Jakarta Pusat.
“Berbagai penanganan juga telah dilakukan dalam mengatasi masalah sosial ini di antaranya dengan melakukan dua metodologi. Yang pertama melalui sistem fungsional, dengan cara melakukan penyisiran terhadap gelandangan, penyandang cacat di beberapa titik kumpul kelompok masyarakat ini. Kedua melalui razia rutin yang dilakukan terhadap Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang berkoordinasi dengan Satpol PP,” ungkapnya.
Untuk mengatasi anjal, pihaknya juga menggandeng komunitas Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI) sehingga pembinaan dapat dilakukan secara optimal. Selan itu, pemberdayaan dengan melibatkan pihak swasta juga akan diterapkan dengan memaksimalkan program Corporate Social Responsibility (CSR) yang dimiliki masing-masing perusahaan. Langkah tersebut telah diterapkan beberapa badan usaha derah seperti Taman Impian jaya Ancol (TIJA), Taman Margasatwa Ragunan (TMR), serta pusat perbelanjaan dan mal. (red/*bj)
Senin, Januari 11, 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar