Selasa, November 03, 2009

Pedagang Keluhkan Fasilitas Kampung Lima

JAKARTA, MP - Para pedagang yang menempati kios di kawasan wisata kuliner Kampung Lima, Menteng, Jakarta Pusat, mengeluhkan sarana dan prasarana yang tidak memadai. Utamanya adalah atap bangunan yang terbuat dari bahan jenis pollycarbonet. Sebab saat siang hari, lingkungan menjadi terasa sangat panas sehingga tidak membuat nyaman pedagang maupun konsumen.

Seperti dikatakan Sutoyo (42), salah seorang pedagang Tongseng. Ia mengusulkan kepada pihak pengelola, hendaknya segera mengganti atap dari bahan pollycarbonet itu dengan bahan lain sehingga ketika siang hari, cuacanya tetap sejuk. "Mestinya jangan pakai bahan ini (pollycarbonet-red) karena kalau siang sangat terasa panas," ujar Sutoyo, Selasa (3/11).

Ia khawatir, dengan kondisi seperti ini maka konsumennya tidak merasa nyaman. "Jangankan pembeli, lha wong kita juga seharian ini kepanasan," kata Sutoyo dengan logat Jawa-nya yang kental.

Selain itu, ia juga mengeluhkan sempitnya jarak antara ruang makan dengan akses jalan pengunjung, yang hanya 40 sentimeter. Sehingga saat jam sibuk, konsumen tidak merasa nyaman karena hilir mudik konsumen lainnya. Tak jarang, meja yang digunakan untuk makan itu tersenggol orang. Kondisi ini tentu tidak membuat nyaman pengunjung. "Kalau bisa sih ruang untuk makan dan kongkow-nya diperluas. Tidak seperti sekarang yang terkesan seperti seadanya saja," usulnya.

Sunarti (45), pedagang lainnya di kawasan Kampung Lima menuturkan selain saranan dan prasarana yang belum cukup memadai, dirinya juga merasa keberatan dengan pungutan yang dibebankan pengelola kepada para pedagang sebesar Rp 20 ribu per hari. "Jangan mahal-mahal lah, dengan kondisi dan situasi seperti ini saya pikir cukup Rp 15 ribu per hari," tuturnya.

Apalagi, sambung Sunarti, berjualan di kawasan Kampung Lima dirasakannya ramai pengunjung hanya pada waktu-waktu tertentu saja yakni saat memasuki waktu jam makan siang. "Memang ramai sekali, tapi itu hanya beberapa jam saja dan biasanya jam 11.00 sampai 14.00. Setelah itu sepi lagi," ungkapnya.

Menurutnya, hal itu memang terbilang wajar lantaran kawasan Kampung Lima memang di tengah-tengah kawasan perkantoran Jalan MH Thamrin. "Tinggal bagaimana usaha dari pengelola dan pedagang saja agar berupaya membuat kawasan ini selalu ramai," harapnya.

Jeffry, Pengelola kawasan Kampung Lima mengatakan, terus berupaya melakukan perbaikan-perbaikan untuk menciptakan kenyamanan bagi pengunjung. Seperti mengenai atap bangunan, sejauh ini pihaknya telah memasang jaring di ujung-ujung sudut atas Kampung Lima yang mampu menyerap 80 persen sinar matahari. "Memang belum semuanya terpasang, tapi akan kita upayakan terpasang semua," janjinya.

Adapun mengenai pungutan sebesar Rp 20 ribu yang dibebankan kepada pedagang, Jeffry mengatakan hal itu masih relatif dan wajar. "Saya pikir masih wajar, jika dibanding tempat lainnya yang sejenis bahkan lebih murah. Biaya itu juga sudah termasuk listrik, kebersihan, keamanan, retribusi, dan air," jelasnya.

Selanjutnya ia merasa yakin kalau nantinya Kampung Lima akan selalu ramai, tidak seperti saat ini yang hanya ramai saat jam makan siang saja. Hal tu, karena ikon-ikon wisata kuliner Jalan Sabang mulai hari ini (3/11) sudah masuk Kampung Lima. "Ikon-ikon itu antara lain, nasi goreng kambing kebon sirih, bakmi roxy, soto ceker pak ndut dan masih banyak lagi lainnya," tandasnya. (red/*bj)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails