Jumat, November 13, 2009

Antisipasi Banjir, Gubernur Kumpulkan Walikota

JAKARTA, MP - Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, Sabtu (14/11) besok akan mengumpulkan lima walikota, satu bupati dan 44 camat di balaikota. Mereka dikumpulkan untuk membahas lebih serius penanganan antisipasi banjir di 90 titik rawan. Selain itu juga untuk menyinergikan langkah penanganan banjir atau genangan air. Langkah ini ditempuh mengingat program normalisasi sungai dan saluran drainase belum dilakukan tuntas.

Fauzi Bowo menegaskan, seluruh pejabat yang dikumpulkan itu diajak rembuk mencari langkah jitu penanganan banjir, sambil menunggu program pengerukan kali dan normalisasi saluran drainase makro dan sub makro selesai. Mereka juga diminta untuk memetakan titik rawan banjir yang harus diprioritaskan penanganannya di tiap wilayah. Sehingga penanganan banjir di titik-titik rawan itu dapat tertangani dengan tepat dan akurata. Lebih dari itu, warga yang terkena banjir pun dapat diberikan pertolongan dan evakuasi dengan cepat.

Fauzi Bowo mengatakan, banjir atau genangan air yang terjadi saat ini, bukan hanya dikarenakan proses pengerukan kali dan normalisasi saluran drainase belum selelsai. Akan tetapi karena adanya penyumbatan sampah dan lumpur di drainese. Seperti yang terjadi pada saluran air di Jl Sabang, Jl Sudirman dan Jl Thamrin. Saat ini program normalisasi di tiga tempat tersebut belum tuntas dan masih berlangsung.

Normalisasi saluran di tiga titik ini sangat penting mengingat ketiganya berada di daerah cekungan, dimana aliran air dari segala penjuru akan bermuara di daerah cekungan itu. Diharapkan, jika drainase di sana sudah dikeruk maka dapat berfungsi kembali dan mampu menampung air lebih banyak lagi. “Selama ini, drainase di tiga jalan itu sudah hampir dua pertiganya dipenuhi lumpur dan sampah sehingga ketika hujan, menimbulkan genangan air cukup tinggi,” ungkap gubernur, Jumat (13/11).

Banyaknya sampah yang menyumbat saluran air di jalan-jalan protokol, lebih disebabkan ulah masyarakat yang secara sembarang membuang sampah. Kondisi ini diperparah dengan banyaknya lumpur yang mengendap di dasar saluran dan tak pernah diangkat ke permukaan. Belum lagi soal pompa Tarakan yang belum berfungsi, menambah problematika yang ada. Saat ini, Pompa Air Tarakan masih dalam taraf rehabilitasi, ditargetkan akan selesai pada Desember 2009. Jika perbaikannya sudah rampung, pompa ini mampu mengamankan kawasan Monas, Sabang dan sekitarnya dari banjir.

Sementara untuk penanganan banjir dalam jangka panjang, Pemorv DKI juga akan merelokasi warga yang tinggal di bantaran kali ke tempat yang lebih aman, seperti ke rumah susun. Namun khusus yang satu ini, perlu pembahasan yang lebih komprehensif karena korban banjir yang telah dipindahkan ke Rusun ternyata juga banyak yang kembali tinggal di bantaran kali.

Contohnya, evakuasi penduduk di bantaran Kali Ciliwung, utamanya di Kampung Melayu bagian Selatan yang dipindahkan ke Rusun Bidara Cina. Ternyata setelah dicek, yang tinggal di Rusun itu bukan warga eks bantaran kali, melainkan warga dari daerah lain. Untuk itu, Pemprov akan membahas hal ini dengan Departemen Perumahan Rakyat untuk mendapatkan solusi jangka panjang.

Di lain hal, Pemprov DKI juga saat ini sudah memasang early warning system untuk mengetahui ketinggian air sebelum masuk ke kawasan banjir. Seperti di Kampungpulo, Jatinegara, jika terjadi banjir maka warga sudah mengetahui informasinya pada enam jam sebelumnya, sehingga antisipasi dilakukan lebih awal.

Di sana juga saat ini sudah ilengkapi dengan tempat pengungsian, penampungan, tim kesehatan, dapur umum dan Posko kesehatan. “Apel siaga beberapa waktu lalu mengumpulkan warga, LSM dan seluruh pemangku kepentingan untuk siaga banjir,” tambahnya.

Sementara, terkait Pompa Air Tarakan, Kepala Bidang Pemeliharaan Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum (PU) DKI Jakarta Fahrurrozi menjelaskan bahwa di sana saat ini terdapat enam unit pompa dengan kapasistas masing-masingnya adalah 6,67 meter kubik per detik. Nantinya juga akan ada penambahan empat pompa baru dengan kapasitas masing-masing mencapai 2 meter kubik per detik. “Pompa akan dibuat lebih dalam dua meter dari enam pompa lama agar bisa menarik air dari daerah Thamrin tepatnya di depan Sarinah dengan lebih cepat,” katanya.

Bahkan Dinas PU DKI pada tahun anggaran 2009 ini juga tengah mengeruk 76 segmen kali/penggalan kali. Rinciannya adalah, 12 segmen kali di Jakarta Selatan, 16 segmen di Jakarta Barat, 18 segmen di Jakarta Timur, 14 segmen di Jakarta Pusat dan 16 segmen di Jakarta Utara. Kegiatan pengerukan sungai ini sudah dilakukan sejak pertengahan September 2009 lalu, dengan alokasi anggaran sebesar Rp 199,5 miliar. Pengerukan tersebut diharapkan dapat menampung 1,5 juta meter kubik air. Ditargetkan proyek ini akan tuntas pada 15 Desember mendatang.

Kemudian akan dilakukan revitalisasi waduk dan pompa di lima titik. Yakni Waduk Pluit, Waduk Melati, Waduk Sunter Utara, Waduk Sunter Selatan dan Waduk Sunter Timur III. Selain itu juga ada pembebasan tanah Pompa Waduk Kapuk II senilai Rp 500 juta seluas 1 hektar.

Sementara, pada APBD tahun 2010, pengurangan bencana banjir juga menjadi dedicated program yang akan dianggarkan sebesar Rp 957,17 miliar. Diantaranya, anggaran pembangunan KBT sekitar Rp 491,82 miliar. Kemudian normalisasi sungai dan saluran sebesar Rp 92 miliar. Selain itu juga untuk penataan dan pembangunan situ, waduk serta polder dengan alokasi anggaran sebesar Rp 373,35 miliar. Antara lain untuk pembangunan polder Kampung Bandan, pembangunan Pump Gate, Long Storage dan penertiban polder Kapuk Poglar, pembangunan Pompa Duri, Koja dan Tomang, pembangunan waduk Halim serta pembangunan Situ Babakan. (red/*bj)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails