Senin, November 29, 2010

Warga Jabodetabek Tak Pernah Toleran

JAKARTA, MP — Warga Jakarta dan sekitarnya cenderung bersikap intoleran dalam kehidupan beragama. Hal itu antara lain ditunjukkan dengan sikap tidak dapat menerima pendirian tempat ibadah oleh penganut agama lain. Demikian hasil survei yang dilakukan oleh Setara Institute mengenai toleransi sosial masyarakat perkotaan di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.

Jajak pendapat opini publik tersebut memperlihatkan, sebanyak 49,5 persen responden tidak menyetujui adanya rumah ibadah bagi penganut agama yang berbeda dari agama yang dianutnya. Sebanyak 45 persen lainnya dapat menerima keberadaan rumah ibadah agama lain dan sisanya tidak menjawab.

"Ini menunjukkan potensi ketegangan antarumat beragama akan tetap muncul," kata Manajer Program Setara Institute, Ismail Hasani, Senin (29/11) siang di Jakarta.

Jika diperinci, warga Bekasi, Jakarta Pusat, Depok, dan Tangerang paling menentang pendirian rumah ibadah agama lain dengan respons penolakan lebih dari 50 persen. Di Bekasi, 74 persen responden merespons penolakan dan hanya 2 persen yang menerima. Di Jakpus, 68 persen responden menolak dan 12 persen menoleransi. Sebanyak 66 persen responden di Depok menolak pendirian tempat ibadah lain, sedangkan warga Tangerang yang menolak sebanyak 62 persen.

Para responden itu juga menunjukkan intoleransi masyarakat dalam mengartikan kebebasan beragama. Meski lebih dari 82 persen responden setuju dengan kebebasan seseorang memeluk dan beribadah sesuai agamanya masing-masing, tetapi 53,8 persen responden tidak setuju jika kebebasan agama juga diartikan dengan kebebasan mendirikan tempat ibadah.

Lebih dari separuh (53,4 persen) responden juga meminta agar pendirian rumah ibadah diatur berdasarkan kesepakatan para pemuka agama dan pemerintah. Penolakan cukup signifikan juga terlihat dalam hal penerimaan terhadap kepercayaan di luar enam agama yang ditetapkan oleh pemerintah. Sebanyak 60,9 persen responden tidak dapat menerima berkembangnya agama tak resmi dan 52,1 persen mengharapkan pemberantasan aliran sesat.

Survei Setara Institute ini dilakukan sejal 20 Oktober-10 November 2010 terhadap 1.200 responden yang dipilih secara acak dengan margin kesalahan 2,2 persen. Jajak pendapat dilakukan melalui wawancara langsung berdasarkan kuesioner. (red/*kcm)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails