Senin, September 21, 2009

Paket Lebaran Foke Makan Korban, 14 Warga Terinjak

JAKARTA, MP - Open house kedua Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta di Balaikota dipadati warga Jakarta. Sayangnya, meski dibuka 30 menit lebih awal, warga yang mengantre tetap saja tidak mau bersabar. Mereka pun berdesak-desakan agar bisa mendahului yang lain. Akibatnya, 12 orang pingsan dan dua ibu-ibu paruh baya dilarikan ke RSUD Tarakan karena luka dibagian wajah. Mereka adalah Satneh (38) dan Dartin (50), keduanya warga Plumpang, Jakarta Utara.

Sementara bagi mereka yang pingsan langsung mendapat pertolongan dari tim medis yang sudah disiagakan. Mereka diberi oksigen, setelah membaik dipersilakan untuk duduk bersama warga di halaman depan gedung Blok G.

Tak hanya itu, akibat saling berebut, 10 anak terpisah dari orang tuanya. Karenanya anak-anak itu diamankan Pamdal dan Satpol PP. Untuk menenangkan mereka, petugas pun menggendongnya sambil menghibur. Namun tak lama kemudian para orang tua anak-anak itu bisa masuk ke halaman Balaikota dan akhirnya dikembalikan.

Akibat insiden itu, panitia lantas menghentikan sementara acara pembagian bingkisan. Sementara sekitar 1.000 warga yang telah berhasil masuk ke halaman Balai Kota diminta duduk menunggu di halaman depan Blok G, Balaikota.

Acara pembagian itu berlangsung kembali pada pukul 10.30. Bahkan, Kepala Bagian Pemberitaan dan Media Massa Oyong Hanna Abidin pun turun tangan meminta massa tertib berbaris dan antre untuk mendapatkan bingkisan lebaran.

Salah seorang satpol PP bernama Agus membenarkan hal itu. Ia mengatakan, peristiswa itu dipicu adanya teriakan salah satu warga yang mencoba memperkeruh suasana. “Ada yang teriak dari arah barisan laki-laki, `Masuk, masuk, masuk saja`. Itu sampai berkali-kali saya dengar. Saya menduga itu preman yang berteriak,” kata Agus.

Setelah itu, aksi dorong mendorong pun terjadi, warga berebutan masuk dan petugas keamanan tidak sanggup lagi mendorong pintu gerbang yang cukup berat. Apalagi petugas harus sekaligus menahan ribuan warga hendak merangsek masuk. “Kami sudah teriak agar mereka antre, tapi tidak didengarkan. Kami sudah tidak kuat lagi mendorong pintu gerbang,” paparnya.

Kendati paket telah habis, namun ratusan warga masih tetap berharap agar Gubernur DKI dapat membagikan lagi paket agar tidak pulang dengan tangan kosong. Mereka pulang dengan tangan kosong karena paket Lebarang yang disediakan hanya sekitar enam ribu unit sedangkan yang datang melebihi dari jumlah itu.

Sebagian besar yang tidak mendapatkan paket adalah mereka yang datang siang sehingga mendapatkan antrian di barisan belakang.

Sedangkan mereka yang mendapatkan paket umumnya telah berada di depan gedung Balai Kota sejak pukul 07:00 WIB.

Paket yang diberikan orang nomor satu di lingkungan Pemerintah DKI Jakarta itu dikemas dalam tas kertas bergambarkan lambang Pemerintah DKI Jakarta yang berisikan minyak goreng, gula dan beberapa bungkus makanan ringan. Selain itu, paket Lebaran juga berisi amplop berisi uang tunai Rp40 ribu.

Sura`at, warga yang tinggal di Ciputat mengaku datang ke Balai Kota bersama 10 orang lainnya dengan menyewa satu angkot. "Kalau pulang tidak bawa apa-apa, terus kita membayar angkot pakai apa," kata tuna netra yang memakai baju batik ini.

Ia mengaku, kedatangannya bersama tetangganya itu tidak semata-mata ingin mendapatkan paket Lebaran tapi juga bersilaturahmi dengan Fauzi Bowo.

Ica dan Zeni, keduanya warga Tanah Abang, Jakarta Pusat mengaku terlambat datang ke Balai Kota karena tidak tahu pembagian paket sebelumnya. "Sampai di sini sudah jam 10:00 WIB, tapi pembagian paket sudah tidak ada," katanya.

Sri Gunarti, warga Tanah Tinggi, Jakata Pusat yang datang dengan empat temannya juga bingung untuk membayar ongkos pulang karena tidak mendapatkan paket. "Kami ke sini naik bajai untuk sekali jalan Rp15 ribu. Terus pulang kami naik apa," katanya.

Sekitar pukul 10:30 WIB, pembagian paket sebenarnya telah habis namun ratusan warga tetep bertahan di depan Balai Kota.

Mereka tetap bergerombol di depan Balai Kota sehingga membuat sejumlah anggota Tramtib berusaha membubarkannya secara halus antara lain dengan meminta mereka untuk menuju ke arah tugu Monas berjalan ke arah barat atau ke timur dengan tujuan agar tidak berada di depan kantor Gubernur DKI Jakarta.

Beberapa mobil pengangkut warga yang parkir juga diusir dengan halus yakni meminta para sopir untuk parkir di tempat lain karena memang ada tanda larangan parkir di tempat itu.(red/jack)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails