DKI Alokasikan Anggaran Penanggulangan Narkoba Rp 26,9 Miliar

JAKARTA, MP - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta terus mengupayakan penanggulangan penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba) di lingkungan pegawai negeri sipil, TNI/Polri, tempat hiburan, perusahaan, pemukiman, hingga sekolah-sekolah. Bahkan pada tahun 2010 ini, Pemprov DKI telah menganggarkan Rp 26,9 miliar untuk penanggulangan dan pencegahan pemakaian narkoba.

Wakil Gubernur DKI Jakarta, Prijanto, mengatakan anggaran sebesar itu di antaranya akan dialokasikan untuk biaya pengobatan dan perawatan pengguna narkoba yang berasal dari keluarga tidak mampu. Setiap pasien, akan mendapatkan bantuan biaya untuk obat-obatan sebesar Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta per bulan. Sedangkan biaya perawatan dianggarkan sekitar Rp 2,8–3 juta per bulan per orang.

Pada tahun 2009, BNP DKI Jakarta telah merawat 66 pengguna narkoba yang berasal dari keluarga tidak mampu. Mereka dirawat di tempat rehabilitasi milik pemerintah pusat yaitu di Lido, Jawa Barat dan Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Cilandak, Jakarta Selatan. “Semuanya gratis bagi pasien yang tidak mampu. Mereka dirawat selama satu hingga dua tahun di tempat rehabilitasi, sampai mereka terlepas dari ketergantungan narkoba,” kata Prijanto usai menerima paparan Kalakhar BNP DKI tentang program BNP DKI tahun 2010 di Balaikota, Jumat (22/1).

Pemprov DKI juga telah mengalokasikan anggaran untuk pengobatan dan perawatan selama 1 bulan bagi 200 pengguna narkoba di Jakarta sebesar Rp 600 juta atau Rp 3 juta per orang dalam satu bulan. “Sekarang minimal pengobatan dan perawatan dilakukan dalam satu bulan. Setelah itu, mereka kita serahkan kepada orangtuanya dan masuk ke dalam program bina lanjut,” ujarnya.

BNP DKI memprediksi, jumlah pengguna narkoba telah mencapai 270 ribu orang. Namun ditargetkan pada tahun 2010 ini, jumlahnya dapat ditekan hingga 10 persen. Metode yang akan dilakukan adalah menerapkan empat program, yakni pencegahan, penegakan hukum atau represif, terapi dan rehabilitasi, serta program penelitian dan pengembangan BNP.

Program pencegahan diwujudkan dalam bentuk kegiatan sosialisasi dan penyuluhan narkoba ke berbagai elemen masyarakat, lingkungan kerja, dan sekolah tingkat SMA/SMK. Selain itu juga ke perguruan tinggi, organisasi pemuda, dan lingkungan tempat ibadah.

“Semua ini dilakukan karena narkoba sudah tidak mengenal batas lokasi dan usia. Sehingga kita lakukan pelatihan, sosialisasi, serta penyuluhan kepada siswa, guru, manajer perusahaan dan karyawan,” jelasnya.

Kemudian program represif yaitu melakukan penegakan hukum di pemukiman umum dan khusus seperti asrama TNI, asrama Polri, apartemen dan tempat tinggal orang asing. Selain itu diadakan razia di rumah tahanan (rutan) dan lembaga pemasyarakatan (lapas) karena peredaran narkoba sudah merangsek ke kawasan tersebut. Razia narkoba juga akan dilakukan di perusahaan home industri yang memproduksi bahan baku narkoba. Tak cukup itu, Pemprov DKI juga menggelar razia di Kepulauan Seribu. Sebab di sana terdapat pulau wisata dan pulau pribadi yang sering digunakan untuk event berskala nasional atau internasional.

Sedangkan program terapi dan rehabilitasi, dilakukan dengan cara memberdayakan dokter dan tenaga medis puskesmas, konselor dan petugas lapas/rutan. Mereka dilatih untuk melakukan penanganan dan terapi di wilayah kerjanya masing-masing. Pengetahuan mereka tentang penanggulangan narkotika juga ditingkatkan.

Kemudian ada terapi bina lanjut, yakni pasien yang sudah direhabilitasi akan mengikuti pelatihan keterampilan dan kegiatan sebagai modal kerja mereka. Seperti pelatihan komputer dan bengkel kerja yang bekerja sama dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) DKI.

BNP juga melakukan penanganan pasien narkotika di lapas. Karena tidak semua penghuni lapas itu pengedar, melainkan banyak juga yang hanya pengguna. Sehingga mereka harus diterapi. Petugas lapas yang sudah dibina dilibatkan untuk melakukan pengobatan dengan sistem terapi community dengan bimbingan BNP. Sejauh ini penanganan tersebut baru dilakukan di Rutan Pondok Bambu dan Rutan Salemba. Ke depan akan dilakukan di Lapas Narkotika Cipinang. (red/*bj)