JAKARTA, MP - Guncangan hebat yang melanda DKI Jakarta dan sejumlah wilayah, seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi membuat Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta akan meningkatkan pengawasan terhadap gedung-gedung bertingkat. Dalam hal ini Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, menegaskan toleransi tahan gempa gedung-gedung bertingkat di DKI Jakarta harus ditambah 20 persen dari ketahanan yang berlaku saat ini sebesar 7 skala richter (SR).
Disamping itu, Fauzi Bowo juga meminta kepada Dinas Pengawasan dan Penertiban (Dinas P2B) DKI Jakarta agar melakukan pengecekan terhadap konstruksi gedung-gedung di DKI Jakarta. Apalagi, Rabu (2/9), wilayah DKI Jakarta terkena imbas gempa dengan kekuatan 4 modified mercaly intensity (mmi). Sedangkan pusat gempa berada di Tasikmalaya, Jawa Barat, atau berada di 82,424 Lintang Selatan dan 107,32 Bujur Timur, kedalaman 30 kilometer dengan kekuatan 7,3 SR.
"Harus diperiksa karena guncangan cukup hebat. Takut ada kerusakan yang bisa merugikan warga dan pekerja. Toleransi tahan gempa gedung bertingkat juga harus ditambah hingga 20 persen dari yang telah ditetapkan (7 SR-red)," tegas Fauzi Bowo, di Balaikota DKI, Jakarta.
Kepala Dinas P2B DKI Jakarta, Hari Sasongko, mengaku siap untuk melaksanakan instruksi tersebut. Pihaknya, akan menyebarkan instruksi gubernur kepada 700 pengelola gedung bertingkat di Jakarta. "Laporannya bisa memakan waktu satu minggu. Nanti akan saya laporkan kepada gubernur,” ujarnya.
Penyebaran informasi tersebut termasuk imbauan gubernur terkait toleransi tahan gempa sebesar 20 persen. Menurutnya, imbauan ini tidak akan terlalu sulit dilaksanakan. Sebab, pada umumnya para arsitek sudah menambah toleransi tahan gempa sebesar 15 persen dari yang ditetapkan sebesar 7 SR.
“Tapi karena gubernur minta 20 persen, maka akan kami sampaikan kepada para arsitek di Jakarta,” tandasnya.
Guncangan hebat yang melanda ibu kota memang sangat terasa hingga membuat masyarakat panik. Seperti yang terjadi di kawasan Sabang, Jakarta Pusat, seluruh pekerja dan warga yang ada di dalam gedung, baik toko, rumah makan, warung internet dan departement store berhamburan ke luar ruangan.
Suasana yang sama juga terjadi di Balaikota. Para karyawan dan pegawai negeri sipil (PNS) berhamburan ke luar melalui tangga darurat dan berkumpul di halaman gedung Balaikota. Bahkan, Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, pun sempat dievakuasi dengan mobilnya saat gempa terjadi menjauhi gedung tempat dia berkantor sehari-hari. Namun, mobil gubernur berhenti di depan gedung Balaikota.
Begitu juga dengan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Prijanto, ketika merasakan guncangan cukup kencang segera keluar dari ruangannya menuju tangga dan ke luar dari gedung.
"Saya lagi membaca surat di ruangan. Kok tiba-tiba kursinya goyang. Lalu saya berdiri, ternyata goyanganya cukup kencang. Saya langsung ke luar melalui tangga meninggalkan gedung," kata Prijanto di Balaikota DKI, Jakarta, Rabu (2/9).
Kondisi serupa juga terjadi di seluruh Kantor Walikota. Di Jakarta Pusat misalnya. Ratusan karyawan dan PNS terlihat berhamburan ke areal parkir. "Ada gempa, ada gempa," teriak salah seorang pegawai yang tengah berada di ruang kerjanya. "Tenang, tenang.. jangan panik pak bu. Biasa saja jalannya, nanti malah jatuh," kata petugas Pamdal.
Bahkan Walikota Jakarta Pusat, Sylviana Murni, pun turut berhamburan ke luar. Saat gempa, walikota tengah memimpin rapat koordinasi dengan jajaran asisten dan kepala bagian. Sayangnya, saat itu ia tidak merasakan ada getaran, dan baru mengetahui ada gempa saat ajudan memberitahunya. "Bu mohon izin, ada gempa," ujar Sylvi menirukan ucapan ajudannya.
Sementara Kasudin KUMKM dan Perdagangan, Johan Affandi dan Kasudin Pariwisata, Dewi Suzanti, juga terlihat turut berhamburan ke luar ruangan. Johan mengaku, saat kejadian tengah sibuk di ruangannya dan tiba-tiba kursinya bergoyang. "Saya kaget Karena tiba-tiba kursi bergoyang. Saya yakin ini gempa dan saya langsung ke luar ruangan," paparnya.
Hal yang sama juga terjadi di Jakarta Barat. Ratusan karyawan dan PNS di Pemkot Jakbar berhamburan ke luar gedung. Dalam kesempatan itu, walikota Jakarta Barat, Djoko Ramadhan, meminta kepada Suku Dinas P2B Jakarta Barat untuk mengecek ketahanan gedung. "Saya sudah perintahkan Sudin P2B untuk langsung memeriksa kondisi gedung," kata walikota.
Kasudin P2B Jakbar, Indrajit menjamin, kekuatan gedung Walikota Jakarta Barat Blok A memiliki ketahanan gempa 7-8 SR. "Gedung ini, dibangun melebihi standar kekuatan gempa. Kontruksi gedung didisain memiliki kekuatan melebihi standar gempa pada gedung," terangnya.
Sementara itu di Jakarta Timur, ratusan pegawai juga terlihat berhamburan ke luar ruangan ketika gedung berlantai delapan itu digoyang gempa sekitar pukul 15.00. Para pegawai yang terlihat panik itu langsung berkumpul di halaman luar gedung dan mencari tempat yang lebih aman. Bahkan, tak satu pun pegawai yang berani menggunakan lift, saat gedung Walikota Jaktim bergoyang.
“Kalau pakai lift, nanti kalau tau-tau mati lampu dan liftnya macet bagaimana?” ujar Yunus, salah satu pegawai. Meskipun seluruh pegawai terlihat panik dan ketakutan, untungnya tidak ada satupun pegawai yang terluka saat berebut turun tangga darurat.
Sekretaris Kota Administrasi Jaktim, Arifin Ibrahim, yang juga terlihat lari ke luar gedung, mengatakan, setelah ini ia akan meminta kepada Sudin P2B Jakarta Timur untuk melakukan pengecekan gedung. “Saya harap semua pegawai mengamankan diri ke luar gedung. Supaya lebih aman, karena getarannya cukup terasa. Bahkan sempat membuat kepala saya pusing. Setelah ini saya minta sudin terkait bisa mengecek kondisi gedung,” tukasnya.
Kepala Bidang Informasi Gempa Badan Meteorologi dan Klimatologi (BMKG), Jaya Murjaya menerangkan, gempa terjadi pada pukul 14.55 dengan lokasi di 82,424 Lintang Selatan dan 107,32 Bujur Timur, kedalaman 30 kilometer dan berkekuatan 7,3 SR. “Posisi kurang lebih 242 kilometer dari Jakarta, tepatnya di Tasikmalaya dan berpotensi tsunami,” kata Jaya di Jakarta, Rabu (2/9).
Gempa ini berpotensi tsunami karena berada di kawasan pantai selatan atau di sekitar kawasan Pelabuhan Ratu, Jawa Barat. Bahkan, perubahan permukaan air laut sudah terjadi sekitar 20 sentimeter. Karena itu, BMKG meminta penduduk di kawasan pantai selatan atau Pelabuhan Ratu agar waspada. “Paling tidak mereka bisa mengungsi terlebih dahulu hingga ketinggian permukaan air laut normal kembali,” jelasnya.
Untuk gempa yang terjadi di seluruh wilayah Jakarta, Jaya mengatakan, getaran itu itu bukan gempa, melainkan hanya getaran keras akibat gempa kencang yang terjadi di Tasikmalaya, Jawa Barat. Skala intensitas getarannya hanya 4 mmi, artinya belum mencapai satu skala richter. “Jadi warga Jakarta tenang saja. Pokoknya jauh dari tsunami. Pantai atau laut disekitar Ancol pun aman dan tidak berpotensi tsunami,” ungkap Jaya. (red/*bj)
Kamis, September 03, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar